Kami main secara natural
karena memang waktu itu tidak kenal dengan klub atau professional di tenis meja
sehingga main ya main aja, memang kalo sparring dengan teman sebaya sering
menang dan main pun terus berlanjut. Ketika kelas 2 SLTP jadi utusan sekolah
untuk mengikuti kompetisi tingkat pelajar mulai dari tingkat Kabupaten/Kota. Utusan-utusan sekolah diketemukan dalam kompetisi ini selama 2 hari. Hasil
dari kompetisi itu cukup mengejutkan karena saya dan rekan saya Syarifuddin
menjuarai cabang ganda sehingga berhak mengikuti seleksi tingkat Provinsi
Lampung.
Di tingkat Provinsi kami
berhadapan dengan para ‘Jawara’ dari kabupaten dan kota lainnya yang bertempat di
Bandar Lampung, dalam kompetisi ini seingat saya kami di dampingi oleh Bapak
Hotman dan beberapa guru sekloah lainnya, kapasitas beliau adalah seorang guru
dan hanya mendampingi saja, jadi tidak ada pelatih disini. Pada kompetisi kali ini mendapat
dukungan penuh dari teman-teman juga, wal hasil cukup
menggembirakan karena kami meraih piala Perunggu. Kebahagiaan luar biasa
menjadi pemain yang mendapat fasilitas pemerintah dan pulang dengan juara 3.
Selama masih sekolah aktif main
tenis meja walaupun lawan sparring lingkup teman-teman dan tetangga hingga
lulus sekolah. Tahun 1996 saya masuk SMA N di Bandar Lampung, nah semenjak disini
saya mulai meninggalkan hoby yang satu ini karena ketika itu saya ga punya
fasilitas lagi untuk latihan dan kita tahu sendiri di zaman itu klub-klub
olahraga masih langka, berbeda dengan sekarang yang sudah banyak klub dan juga
ada alat bantu main ‘robot’ yang siap meladeni untuk bermain terus
menerus.
Kuliah, kemudian bekerja juga tidak
pernah main pingpong lagi sampai di tahun 2008 baru ketemu lagi. Ketika itu
bekerja di Gas Negara dan kebetulan di station difasilitasi meja ping pong,
mulai lah memegang bed lagi dengan pegangan khas ‘shake hand’ ini. Disini pun Sparring
dengan Pak Rusli dan Pak Wahyu sekali-sekali saja.
Pada tahun 2009 saya hijrah ke
Batam ke perusahaan nasional yang masih bergerak di bisnis gas juga dan rupanya
di perusahaan ini punya fasilitas meja di
salah satu Gas Stationnya. Disini saya mulai menggeluti permainan ini lagi
bersama rekan-rekan. Di perusahaan ini ada istilah ‘operation cup’ setiap tahun
dimana perusahaan mengadakan kompetisi dari seluruh regional office/kantor
wilayah Direktorat Operasi. Pada tahun 2010 saya di percaya menjadi salah satu
pemain perwakilan dari Wilayah Batam cabang ganda, pertandingannya di gelar di Kota Pekanbaru Riau. bagaimana hasilnya? Saya bersama rekan saya
Pak Wisnu mengikuti cabang ganda dan dalam putaran pertama langsung kalah. Jauh-jauh
dari batam untuk kompetisi, pas kompetisinya sendiri langsung ‘KO’ tanpa
keringat. Tragis, itulah kata yang tepat menurut saya. Sepulang dari situ saya
bertekad untuk berbenah agar kompetisi tahun berikutnya lebih baik. Sepulangnya
mencoba berbenah dengan latihan dan mengganti ‘senjata’ dengan yang lebih berkulaitas.
Main juga termasuk rutin walaupun hanya dengan rekan-rekan kerja.
Tahun 2011 diadakan Operation
Cup lagi di Kota Jambi dan saya mengikuti cabang single dan ganda.
Keiuktsertaan saya tidak begitu diperhitungkan mengingat tahun sebelumnya tidak
menjuarai apa-apa, tapi dalam pelaksanaannya menjadi ‘kuda hitam’ sehingga bisa mengalahkan
lawan satu persatu dan menjuarai kedua cabang ini. 2 medali diraih dan begitu
bahagianya karena sudah berperan dengan hasil maksimal.
2 trophy Ops Cup TGI 2011
Rasanya ingin sekali menggeluti
hobi ini dan sebisa mungkin agar menjadi lebih baik lagi, tetapi masih
kesulitan dengan waktu karena sering di remote area. Walau begitu mencoba ‘mendobrak
kebiasaan’ untuk ikut kompetisi professional di kejuaraan PTMSI Kota Batam tahun
2012 di Mega Mall. Kepesertaan disini berdasar hoby dan keinginan untuk
melatih mental dipentas professional. Wal hasil pada putaran pertama saya
langsung gugur.. Apakah hasilnya mengecewakan? Secara logis saya pantas kalah
karena memang jarang sekali bermain apalagi melawan para atlet atau pemain-pemain
professional. Walaupun kita menang mental tapi kalah dengan teknik permainan,
bagaimana ngga, seseorang berbakat tapi jika jarang dilatih pasti kalah dengan
orang yang rajin berlatih dan sparring dengan orang banyak. Kata orang tua ‘alah
bisa karena biasa’ itu benar sekali disini.
Sebagai koreksi agar menjadi labih baik:
1.
Berbenah
dengan teknik bemain, jika ada yang perlu dikoreksi untuk diperbaiki.
2.
Musti
rajin latihan dan sparring dengan orang- banyak terutama yang punya kemampuan
bermain lebih dari kita.
3.
Peremajaan
‘senjata’, yah kalau memang harganya mahal itu wajar sesuai dengan kualitasnya.
Cukup sekian catatan kali ini,
dan berjuang lebih keras lagi untuk menjadi lebih baik di tahun depan.
Batam 23 Mei 2012.